Jakarta, Beritajelas – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa dirinya dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mendiskusikan kemungkinan AS mengambil alih pengelolaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang kini berada di bawah kendali Rusia. PLTN Zaporizhzhia, yang terletak di Ukraina selatan, merupakan yang terbesar di Eropa.
Zelensky mengatakan, “Kami hanya berbicara tentang satu pembangkit listrik yang saat ini berada di bawah pendudukan Rusia,” seperti dikutip dari AFP, Kamis (20/3/2025).
Pernyataan ini disampaikan Zelensky setelah Trump memberi tahu dirinya pada Rabu bahwa Amerika Serikat mungkin dapat mengelola dan memiliki PLTN Zaporizhzhia. Hal ini diusulkan sebagai bagian dari upaya untuk mencapai gencatan senjata dalam konflik yang telah berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Pembangkit Nuklir yang Menjadi Titik Api Kekhawatiran
PLTN Zaporizhzhia direbut oleh pasukan Rusia pada awal invasi mereka ke Ukraina pada Februari 2022 dan sejak saat itu, kawasan ini menjadi titik panas kekhawatiran dunia. Ancaman insiden nuklir yang dapat muncul akibat ketegangan di lokasi tersebut terus menjadi perhatian internasional.
Zelensky lebih lanjut menjelaskan bahwa pemulihan pembangkit tersebut akan memerlukan waktu lebih dari dua tahun. Ia menegaskan bahwa pembangkit ini sangat penting, baik bagi Ukraina maupun Eropa. “Apakah kita membutuhkannya? Tentu saja, bagi rakyat kita dan bagi Eropa. Untuk bergabung dengan jaringan listrik Eropa, itu sangat penting,” katanya.
Upaya Trump untuk Menyelesaikan Konflik dengan Cepat
Sejak menjabat pada Januari lalu, Trump telah berusaha untuk mencari jalan keluar yang cepat bagi konflik yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun ini antara Rusia dan Ukraina. Pada minggu lalu, Zelensky mendukung usulan gencatan senjata yang dipimpin oleh Amerika Serikat, namun Kremlin menolak tawaran tersebut dan malah mengusulkan penghentian serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.
Zelensky juga mengungkapkan kepada wartawan dari Finlandia bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menyetujui gencatan senjata apa pun selama pasukan Ukraina masih bertempur di wilayah Kursk, Rusia. “Dia tidak menginginkan gencatan senjata selama pasukan kita berada di wilayah Kursk,” ujar Zelensky. Pasukan Rusia memang telah memperoleh kemajuan yang stabil di wilayah ini selama beberapa minggu terakhir, menghambat upaya Ukraina untuk mendapatkan posisi tawar dalam pembicaraan dengan Moskow.
Kekhawatiran Ukraina atas Tekanan dari Pemerintahan Trump
Meskipun Trump menunjukkan keterlibatan aktif dengan pejabat Rusia, yang merupakan perubahan signifikan dari pendekatan pemerintahan sebelumnya, beberapa pihak di Ukraina khawatir bahwa hal ini dapat memaksa mereka untuk melakukan konsesi yang tidak populer, seperti menyerahkan wilayah kepada Rusia.
Namun, Zelensky menegaskan bahwa Trump tidak menekan Ukraina untuk menyerah pada tuntutan Kremlin. “Saya ingin sangat jujur. Hari ini, saya tidak merasakan tekanan apa pun dari Trump. Tidak ada. Dan ini adalah fakta. Jika memang ada, saya akan mengatakannya dengan terus terang,” ujarnya.