Jakarta, Beritajelas – Anggota DPR RI Komisi I, Budisatrio Djiwandono, bersama Anggota DPR RI Komisi XI, Mohamad Hekal, mengunjungi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendukung peresmian pemberlakuan kebijakan buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Langkah ini dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI di tengah volatilitas yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Budisatrio Djiwandono, yang juga merupakan keponakan Presiden RI, Prabowo Subianto, menyampaikan bahwa kehadiran mereka bertujuan untuk memperkuat kepercayaan pasar. Ia percaya bahwa kebijakan-kebijakan yang baru diumumkan ini telah dipertimbangkan dengan matang, dan diharapkan dapat memperkuat sentimen positif di pasar saham Indonesia.
“Kami yakin kebijakan ini akan meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar dan kami percaya bahwa perekonomian Indonesia tetap kuat. Keputusan ini sudah diumumkan oleh Pak Inarno dan rekan-rekan di OJK, dan kami berharap ini akan mendukung optimisme pasar,” ujar Budi di BEI pada Rabu, (19/3/2025).
Budi juga menilai kinerja IHSG hari ini sudah menunjukkan perbaikan yang signifikan. Terlihat dari kenaikan IHSG yang mencapai angka 6.280,53, atau naik sebesar 0,93% per pukul 11.33 WIB.
Kehadiran anggota DPR ini mengikuti kunjungan sebelumnya oleh Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco yang juga datang ke BEI di tengah penurunan IHSG. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, pada Selasa (18/3/2025), Dasco datang bersama sejumlah anggota Komisi XI DPR sekitar pukul 13.40 WIB.
Turut hadir dalam kesempatan itu, Ketua Komisi XI DPR, Misbakhun, Wakil Ketua Komisi XI, Mohamad Hekal, serta beberapa anggota lainnya seperti Wihadi Wiyanto, Putri Komarudin, dan Fauzi Amro. Mereka disambut langsung oleh Direktur Utama BEI, Iman Rachman.
Pada sesi II hari tersebut, IHSG mengalami koreksi yang lebih baik dibandingkan dengan sesi I. Pada pukul 13.35 WIB, IHSG tercatat berada di level 6.148,1, turun sekitar 5%, yang menunjukkan perbaikan dibandingkan penurunan yang lebih tajam di sesi I yang mencapai 6,12%. Sebagai respons, Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangan saham untuk sementara waktu.