Jakarta, Beritajelas – Gaharu, atau yang dikenal juga dengan nama “agarwood,” merupakan salah satu komoditas alam yang paling langka dan bernilai tinggi di pasar internasional. Kayu dengan aroma khas ini berasal dari pohon Aquilaria yang terinfeksi mikroorganisme tertentu, yang kemudian memicu proses biologis menghasilkan resin berharga. Resin ini banyak digunakan dalam industri parfum, dupa, dan bahkan produk kesehatan.
Tidak mengherankan jika gaharu sering disebut “emas hijau.” Di sejumlah negara, harga gaharu berkualitas tinggi dapat menembus ribuan dolar per kilogram, khususnya di pasar Timur Tengah dan Asia. Di wilayah ini, gaharu tidak hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi juga nilai spiritual dan religius yang mendalam.
Indonesia: Salah Satu Eksportir Terbesar Gaharu di Dunia
Indonesia dikenal sebagai salah satu eksportir gaharu terbesar di dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, produksi gaharu Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor gaharu Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2021, dengan volume 2.000 ton. Namun, angka ini turun menjadi 1.600 ton pada tahun 2022 dan kembali merosot menjadi 1.200 ton pada tahun 2023.
Penurunan volume ekspor ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti perubahan iklim, deforestasi ilegal, dan kurangnya upaya budidaya berkelanjutan yang dapat menjamin kelangsungan pasokan gaharu. Meski demikian, meski volume ekspor menurun, nilai ekspor gaharu Indonesia justru mengalami peningkatan. Pada 2023, total nilai ekspor gaharu Indonesia tercatat mencapai US$ 16,6 juta, sedikit meningkat dari US$ 16,4 juta pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan global terhadap gaharu tetap tinggi, terutama dari negara-negara utama seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan.
Arab Saudi: Importir Utama Gaharu Indonesia
Arab Saudi menjadi importir utama gaharu Indonesia, dengan nilai impor mencapai US$ 10,9 juta pada 2023, naik dari US$ 8,4 juta pada 2022. Selain itu, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan juga menjadi pasar potensial yang terus berkembang, sementara Singapura dan Kuwait berkontribusi pada pasar dengan skala yang lebih kecil.
Persaingan Global: Malaysia dan Vietnam
Di pasar internasional, Indonesia harus menghadapi persaingan ketat dari negara-negara penghasil gaharu lainnya, seperti Malaysia dan Vietnam. Malaysia, khususnya, telah mengembangkan industri gaharu secara terintegrasi dan memiliki akses pasar yang lebih stabil ke Timur Tengah. Meski begitu, gaharu Indonesia tetap unggul berkat kualitas dan aroma yang lebih kompleks serta tahan lama, terutama yang berasal dari daerah Sumatra dan Kalimantan.
Sejarah Perdagangan Gaharu di Indonesia
Perdagangan gaharu di Indonesia bukanlah hal baru. Sejak masa kerajaan kuno, gaharu sudah menjadi salah satu komoditas ekspor utama. Kerajaan Sriwijaya pada abad VII hingga XI dikenal sebagai pelopor perdagangan gaharu ke Timur Tengah. Setelah runtuhnya Sriwijaya, perdagangan gaharu tetap berlangsung melalui berbagai kerajaan yang ada di Sumatra dan sekitarnya.
Sejarawan juga mencatat bahwa gaharu dari Nusantara menjadi incaran pedagang Gujarat dari India. Dalam buku Rantau Pariaman: Dunia Saudagar Pesisir Minangkabau, Tsuyoshi Kato mencatat bahwa kapal-kapal pedagang Gujarat sering berlayar ke Pariaman, Sumatra Barat, untuk mendapatkan gaharu dan komoditas bernilai tinggi lainnya, seperti emas dan kapur barus.
Potensi Besar dan Tantangan ke Depan
Meskipun produksi gaharu Indonesia menghadapi tantangan, industri ini tetap memiliki potensi besar untuk berkembang. Dengan permintaan global yang tetap tinggi, Indonesia bisa mengembangkan gaharu menjadi lebih bernilai melalui pengelolaan yang berkelanjutan, termasuk melalui budidaya gaharu secara komersial, pengaturan ketat terhadap penebangan ilegal, dan peningkatan akses pasar internasional.
Jika dikelola dengan baik, gaharu bisa menjadi “emas hijau” yang tak hanya menguntungkan bagi perekonomian Indonesia, tetapi juga berkontribusi pada ekonomi hijau yang berkelanjutan di masa depan.
Gaharu dalam Perspektif Agama Islam
Selain menjadi komoditas berharga, gaharu juga memiliki tempat istimewa dalam agama Islam. Dalam ajaran Islam, surga digambarkan sebagai tempat penuh kenikmatan dan kebahagiaan, dan gaharu sering dikaitkan dengan kenikmatan tersebut.
Dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Golongan penghuni surga yang pertama kali masuk surga adalah berbentuk rupa pada malam bulan purnama. Nyala perdupaan mereka adalah gaharu.” Hadis ini menggambarkan betapa gaharu memiliki makna spiritual yang mendalam dalam pandangan umat Islam.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga dikenal menyukai aroma gaharu. Dalam beberapa riwayat, gaharu disebut sebagai salah satu jenis wewangian yang paling disukai oleh beliau. Hal ini menunjukkan bahwa gaharu bukan hanya bernilai ekonomi, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam.